Monday, May 16, 2011

MAKALAH ASI EKSKLUSIF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hadiah yang paling berharga bagi bayi yang baru lahir adalah ASI (air susu ibu). Seperti halnya binatang menyusui, ibu manusia juga memproduksi air susu secara unik sesuai dengan usianya, dan secara alami disesuaikan untuk pertumbuhan bayinya. Beragam gizi yang dikandung ASI memberikan keseimbangan ideal antara protein, laktosa, mineral, dan vitamin. Masa menyusui dapat disebut sebagai peringkat keempat dari masa melahirkan. Setelah bayi lahir, produksi air susu menyusul, memberikan kehangatan dan kasih sayang beserta gizi yang ideal.
98% wanita mempunyai kemampuan untuk menyusui, bahkan kebanyakan dari mereka mampu menyusui sepasang anak kembar sekaligus jika dibutuhkan. Sangat disayangkan banyak diantara kita melupakan keuntungan dan kenikmatan menyusui selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusui dari alat pengganti. Padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya perlu menyusu botol. Tidak ada makanan lain bagi bayi yang baru lahir yang dapat disamakan dengan ASI.
Kebanyakan ibu memerlukan dukungan dan dorongan agar dapat menyusui dengan baik. Mereka juga memerlukan informasi yang dapat diandalkan pada dasarnya pemberian susu pertama merupakan pengalaman pembelajaran untuk ibu dan bayinya.

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran umum bagi mahasiswa mengenai teknik menyusui dan ASI eksklusif.



1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang :
1. Teknik menyusui yang benar : pengertian, pembentukan dan persiapan ASI, posisi dan perlekatan menyusui, langkahlangkah menyusui yang benar, cara pengamatan teknik menyusui yang benar, cara melepas hisapan bayi, hal yang penting dilakukan setelah menyusui, lama dan frekuensi menyusui, dan nasihat praktis pada ibu menyusui.
2. ASI Eksklusif : pengertian, keuntungan ASI, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, pembagian ASI, komposisi ASI, waktu pemberian ASI, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1.3 Manfaat Penulisan
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dimeja perkuliahan, terutama yang berhubungan dengan teknik menyusui yang benar dan ASI eksklusif.


















BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teknik Menyusui Yang Benar
2.1.1 Pengertian
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.(Perinasia, 1994)

2.1.2 Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

2.1.3 Posisi dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar.



Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar .

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.


Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal.

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan.



Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah.



Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh.

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan.

2.1.4 Langkah-langkah Menyusui yang Benar
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan, dan menjaga kelembapan putting susu.
3. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.


Gambar 9. Cara meletakan bayi

• Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
• Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menenggadah dan bokong bayi ditahan ditelapak tangan).
• Satu tangan bayi diletakkan pada belakang badan ibu, dan yang satu didepan.
• Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
• Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
• Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
4. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudaranya saja.

Gambar 10. Cara memegang payudara.

5. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks)dengan cara
• Menyentuh pipi dengan putting susu
• Menyentuh sisi mulut bayi

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi.

6. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan kemulut bayi :
• Usahakan sebagian kalang besar payudara dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada putting susu saja akan mengakibatkan masukkan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet.
• Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.


Gambar 12. Perlekatan benar.



Gambar 13. Perlekatan salah.

2.1.5 Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar dapat dilihat :
1. Bayi nampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu menempel pada payudara ibu
5. Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala tidak menenggadah


Gambar 14. Teknik menyusui yang benar

2.1.6 Cara Melepas Hisapan Bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas hisapan bayi :
1. Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut
2. Dagu bayi ditekan ke bawah

2.1.7 Hal yang Penting Dilakukan Setelah Menyusui
1. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu. Dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya
2. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu
Cara menyendawakan bayi adalah :
• Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
• Bayi tidur tengkuranp dipangkuan ibu dan kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan

2.1.8 Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya menyusui tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan kebutuhannya sendiri. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengkosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah satu sampai 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena hisapan bayi sangat berpengaruh pada ransangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi, akan mencegah masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga akan mendukung keberhasilan menunda kehamilan.
Untuk menjaga kesimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus menggunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama menyusui, sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat.

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui.


2.1.9 Nasihat Praktis Pada Ibu Menyusui
Nasihat perlu diberikan terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali menyusui anak, dan belum mengetahui cara menyusui yang benar.
1. Dukungan psikologis
Untuk menyusui secara lebih berhasil seorang ibu perlu rasa percaya diri (confident) yaitu :
• Ibu yakin bahwa ia dapat menyusui dan ASI adalah yang terbaik bayinya. Ibu juga harus yakin bahwa ASI akan mencukupi bayinya terutama awal-awal bulan setelah lahir, dan produksi ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara
• Diperlukan dukungan psikologis dari :
a. Keluarga dekat terutama wanita seperti ibu, ibu mertua, kakak wanita, atau teman wanita lain yang telah berpengalaman dan berhASIl dalam menyusui
b. Suami yang mengerti bahwa ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayinya, merupakan pendukung yang baim demi keberhasilan menyusui.
c. Kelompok pendukung ASI (KP-ASI)
d. Petugas kesehatan
2. Pesan-pesan penting dalam menyusui bayi adalah :
a. Susui bayi segera dalam 30 menit pertama setelah lahir
b. Berikan kolostrum
c. Hindarakan pemberikan minuman pralakteal (air gula, aqua, dll) sebelum ASI keluar agar bayi diberi kesempatan menghisap untuk merangsang produksi ASI. Sehingga ASI dapat cepat keluar.
d. Susui bayi pada kedua payudara secra bergantian
e. Hanya diberikan ASI selama 6 bulan (ASI ekslusif)
f. Berikan ASI tanpa dijadwal
g. Perhatikan cara/ posisi yang benar, yaitu putting dan sebagian kalang payudara harus masuk kemulut bayi untuk menghindari putting susu lecet
h. Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan dalam bentuk makanan lumat
i. Menyusui sebaiknya dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Menyapihan dilakukan secara bertahap.
j. Teruskan menyusui walaupun ibu atau anak sedang sakit kecuali yang sedang sakit berat, yang sesuai dengan petunjuk dokter
k. Perhatikan gizi ibu hamil/ menyusui, ibu memerlukan ekstra makan minum yang lebih banyak, jika ibu bekerja diluar rumah, beri ASI sebelum dan sesudah pulang kerja. Hanya selama ibu bekerja saja, bayi boleh diberikan susu formula.
3. Perawatan payudara
Untuk mencegah masalah-masalah yang mungkin timbul pada ibu menyusui maka sebaiknya perawatan payudara dilakukan secara rutin.




2.2 ASI Eksklusif
2.2.1 Pengertian
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah: bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, airt teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nASI dan tim.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
Pada tahun 2001 World Health Organization/OrganisASI Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

2.2.2 Keuntungan ASI
Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi.Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas.
Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.

2.2.3 Manfaat ASI bagi bayi
Dibawah ini diuraikan manfaat ASI :
1. Kolostrum
Kolostrum memberikan bayi air, protein, lemak, lactose, mineral, vitamin dan antibody yang akan melindungi dirinya dari infeksi, terutama terhadap kuman yang menyebabkan gastroenteritis. Kemungkinan terjadinya radang tenggorokan kurang dari setengahnya dibandingkan bayi yang menyusu botol sedotan yang lama dan kerap segera setelah persalinan akan memberikan banyak kolostrum yang bermanfaat bagi bayi. Disamping itu juga mempercepat penggantian produksi susu dari payudara yang penuh dan matang.
2. ASI benar-benar bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan. Komposisinya unik bagi bayi serta bervariasi bersamaan dengan pertumbuhannya. ASI mudah dicerna dan langsung terserap. Kekurangan gizi, alergi, kolik, asi, dan obesitas tampaknya lebih kecil kemungkinannya menjangkiti bayi ASI.
3. Saat-saat menyusui berkaitan dengan kenyamanan, rasa aman dan kebahagian karena bayi akan berhadapan dengan wajah ibunya, berada dekat dengan ibu dan memberikan banyak sentuhan kulit. Pemberian ASI meyakinkan bayi bahwa ia berada dalam perawatan seseorang yang dapat diandalkan yaitu ibunya.

2.2.4 Manfaat ASI bagi ibu
Yang tidak kalah pentingnya adalah manfaat yang tidak perlu diragukan lagi bagi ibu :
1. Hisapan awal, kerap dan terus-menerus menstimulasi hormon yang memproduksi dan pelepasan kolostrum, selanjutnya ASI. Kontraksi otot rahim juga membantu untuk kembali pada ukuran pra-hamil. Pemeberian ASI secara penuh selama paling tidak 6 bulan membantu ibu kembali pada bentuk tubuh semula tanpa perlu menjalankan diet khusus.
2. Ibu menyadari bahwa ibu tetap memberikan makan bayi diluar rahim, karena dengan sesuatu yang dihasilkan oleh tubuh ibu. Kesadaran ini memberikan kepuasan yang besar. Pemberian ASI merupakan bagian tak terpisahkan dari peranan sebagai ibu yang baik. Sekali sudah berjalan, ibu dapat menikmatinya.
3. Makin bayi menghisap, makin banyak pula susu yang dihasilkan. Pembuatan susu adalah proses berkelanjutan sebagai tanggapan atas rangsangan hisapan yang kerap. Susu tidak pernah “terhisap habis” dan kualitasnya tetap terjaga. Bahkan jika ibu tidak makan dengan baik dan tidak merawat diri, kecuali jika ibu membuat diri sendiri kelaparan, kesehatan adalah yang akan terganggu bukan bayi.
4. Pemberian ASI tidak memerlukan biaya dan menyenangkan : gabungan dari makanan dan minum dan tidak memerlukan persiapan. Selalu siap memenuhi tuntutan, siang dan malam. Jika anda bertamu atau bertamasya, bayi dapat anda bawa serta tanpa banyak repot dan membawa peralatan kecuali popok yang bersih. Dan pada saat-saat bahaya dan darurat ASI dapat menjadi factor penyelamat bayi anda.
5. Pemberian ASI secara penuh mempunyai efek kontraseptif tertentu, memperkecil kemungkinan kehamilan walaupun tidak mungkin mencegahnya 100%. Maka sebaiknya ibu meminta nasihat dokter mengenai pencegahan kehamilan setelah kelahiran anak, sebelum anda melakukan hubungan seksual.
Sesuai hakikatnya, pemberian ASI melahirkan komunikasi erat ibu dan bayi sejak kelahiran dan membangun hubungan yang mesra. Juga hormone yang dilepaskan selama menyusui akan memperkuat kelekatan ibu pada bayinya dan memberikan perasaan rileks, puas dan senang, sehingga ibu merindukan saat menyusui sebagai saat yang tenang dan akrab.

2.2.5 Pembagian ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
Tentang colostrums :
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
- Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
- Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
- Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
- Volume semakin meningkat.

3. Air Susu Mature
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 – 850 ml/24 jam
- Terdapat anti microbaterial factor, yaitu : antibodi terhadap bakteri dan virus, cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T), enzim (lysozime, lactoperoxidese), protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein), faktor resisten terhadap staphylococcus, dan complecement (C3 dan C4)

2.2.6 Komposisi ASI


Gambar 16. Komposisi ASI

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasrkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 1
Komposisi Kolostrum, dan ASI untuk setiap 100 ml

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI
Energi (K Cal)
- Protein (g)
- Kasein/whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil (mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)

Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
- Asam Nikotinmik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
- Vit K (mg)

Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum) (mg)
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)
- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)

58
2,3
140
218
330
364

5,3
2,9

151
1,9
30
75
-
183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-


39
85
40
70
4
14
74
48
22
70
0,9
187
161
167
142

7,3
4,2

75
14
40
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5


35
40
40
100
4
15
57
15
14


2.2.7 Waktu Pemberian
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apa-apa) selama enam bulan. Sebab, menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpA (K), ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal.
Tidak ada jadwal khusus yang bisa diterapkan untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi, ibu harus siap setiap saat bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jika ibu diharuskan kembali bekerja penuh di luar rumah sebelum bayi berusia enam bulan, pemberian ASI eksklusif ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Para ahli menemukan bahwa mamfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. peningkatan ini sesuai dengan pemberian ASI ekslusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. (peningkatan mamfaat menyusui/ASI seiring dengan lamanya pemberian ASI.Red.)
Setelah ASI eksklusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan pada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dua tahun menurut rekomendasi WHO.

2.2.8 Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
1. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
- Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.

- Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.

3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

5. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.
















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Menyusui dapat dilakukan dengan posisi duduk, berdiri, sambil rebahan, menengkurapkan bayi diatas dada ibu dengan tangan ibu sedikit menahan kepala bayi supaya bayi tidak tersedak. Langkah-langkah menyusui yang benar yaitu : cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai, bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu, cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase ASI secara Eksklusif. Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.
Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.

3.2 Saran
Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang teknik menyusui yang benar dan ASI kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.
Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui.
















DAFTAR PUSTAKA

Brinch, Jennifer. 1986. Menyusui Bayi Dengan Baik Dan Berhasil. Jakarta : PT.
Gaya Favorit Press
Ebrahim, G J. 1979. Air Susu Ibu. Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Nelson, Joan. 1995. Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta : Arcan
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Makalah MAR (Malformasi Anorektal)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus ada. Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini lebih ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi.
Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini lebih sering terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi anorektal letak tinggi atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen dari penderita mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya. Manajemen dari malfomasi anorektal pada periode neonatal sangatlah krusial karena akan menentukan masa depan dari sang anak. Keputusan yang paling penting adalah apakah pasien memerlukan kolostomi dan diversi urin untuk mencegah sepsis dan asidosis metabolik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang anatominya, diagnosis yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan defek yang berkaitan dan bertambahnya pengalaman dalam memanajemen, akan didapatkan dengan hasil yang lebih baik.
            Oleh karena pernyataan diatas, membuat kami tertarik untuk mengangkat dan membahas materi tentang asuhan keperawatan pada anak dengan malformasi anorektal. Sehingga kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan malformasi anorektal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang asuhan keperawatan pada anak dengan  malformasi anorektal.

1.2.2 Tujuan Khusus
Penyusun diharapkan dapat memahami:
1.      Konsep dasar penyakit MAR
2.      Konsep asuhan keperawatan MAR
1)      Pengkajian
2)      Diagnosa keperawatan
3)      Perencanaan























BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
Malformasi anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnua anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. (Hidayat , A.Aziz Alimul.2006:26)
Malformasi anorektal (anus imperforate) adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina (Donna L.Wong,2004 :520)
Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh ganggan pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik. (Manjoer Arif, dkk. 2003:379)
Dari pengertian diatas bisa dapat disimpulkan bahwa marformasi anorektal adalah suatu kelainan congenital dan tidak lengkapnya perkembangan embrionik dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan pembentukan anus.

2.1.2 Embriologi
Secara embriologis, didalam saluran penceranaan berasal dari Foregut, midgut dan Hindgut. Foregut akan membentuk faring, system pernafasan bagian bawah, esophagus, lambung, sebagian duodenum, hati dan system bilier serta pancreas. Midgut membentuk usus halus, sebagian duodenum, sekum, apendik, kolon asenden sampai pertengahan kolon transversum. Hindgut meluas dari Midgut hingga ke membrane kloaka, membrane ini terusun dari endoderm kloaka, dan ectoderm dari protoderm/analpit. Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitive gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomaly letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomaly letak rendah atau infra levator berasal dari efek perkembangan prokoderm dan lipatan genital. Pada anomaly letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak normal, sedangkan otot sfingter eksetrnus dan tidak ada atau rudimeter.

2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Rektum dan Anus
2.1.3.1 Rectum
Rektum adalah bagian terminal dari saluran pencernaan bawah yang merupakan tabung berongga sepanjang 10-15 cm dan sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementeara feses. Biasanya rectum ini kosong karenea tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rectum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rectum karena penumpukan material di dalam rectum akan memicu system saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usu besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakuakan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yahng penting untuk menunda BAB.

2.1.3.2 Anus
Merupakan lubang di ujung slauran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphincter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.


2.1.4 Etiologi
Secara pasti penyebab dari Malformasi Anorektal (MAR) belum diketahui. Namun para ahli memperkirakan malformasi anorektal (MAR) ini merupakan anomaly gastrointestinal dan genitourinaria yang bersifat congenital (suriyadi dan Rita yuliani. 2001 : 198)

2.1.5 Patofisiologi
Malformasi anorektal dapat terjadi karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anorektal. Malformasi anorektal terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 mingggu selama perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sacral dan abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi. Malformasi anorektal dapat terjadi karena tida adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.

2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi malformasi anorektal menurut  Wong 2004 : 520
Pada Malformasi Anorektal penanganan yang dilakukan tergantung dari letak ujung atresia terhadap dasar panggul, sehingga anomaly tersebut dibuat menjadi tipe rendah, tipe intermediate, dan tipe tinggi.
            Perbedaan dari 3 tipe diatas dapat dilihat dibawah ini :
1.      Tipe Bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puboorektalis. Terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinaius.



2.      Tipe Intermediet
Rectum berada pada atau dibawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

3.      Tipe tinggi
Ujung rectum diatas otot puborektalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengfan fistula genitourinarius rektouretal (pria) atau rektovaginal (wanita).

Klasifikasi malformasi anorektal menurut Wingspraad, 1981
Penggolongan anatomis malformasi anorektal:

Laki – laki
Golongan I :
1.      Fistel urine
2.      Atresia rekti
3.      Perineum datar
4.      Tanpa fistel udara> 1cm dari kulit pada invertogram
Tindakan :
Kolostomi neonatus pada usia 4-6 bulan
Golongan II :
1.      Fistel perineum
  1. Membran anal
  2. Stenosis ani
  3. Bucket handle
  4. Tanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit pada invertogram

Tindakan :
Operasi definitif neonatus tanpa kolonostomi






Perempuan
Golongan I :
  1. Kloaka
  2. Fistel vagina
  3. Fistel vestibulo ano
  4. Atresia rekti
  5. Tanpa fistel udara> 1cm dari kulit pada invertogram
Tindakan :
Kolostomi neonatus pada usia 4-6 bulan
Golongan II :
  1. Fistel perineum
  2. Stenosis ani
  3. Tanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit pada invertogram

Tindakan :
Operasi definitif neonatus tanpa kolonostomi



http://ifan050285.files.wordpress.com/2010/02/an-1.jpg?w=263&h=96
Gambaran kelainan anorektum
  1. Membran anal
1. Udara direktum
2. Tulang belakang sakrum
  1. Atresia ani letak rendah (mungkin dengan fistel keperineum anterior)
  2. Atresia ani letak tinggi (mungkin sekali dengan fistula ke uretra atau buli – buli)
  3. Atresia rectum
1. Udara direktum
2. Tulang belakang sakrum
3. Atresia rectum
4. Anus


http://ifan050285.files.wordpress.com/2010/02/an-2.jpg?w=313&h=110
Gambar atresia ani letak tinggi
  1. Fistula rektovesikal
1. Udara didalam rektum
2. Tulang belakang sakrum
3. Kandung kemih
4. Simpisis
5. Uretra
6. Fistula rektovesikal
  1. Fistula rektouretra

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1).    Pemeriksaan radiologi Invertogram
Yaitu teknik pengambilan foto untuk menilai jarak pungtum distal rectum terhadap muara anus di kulit peritoneum.
2).    X-ray untuk memperlihatkan adanya gas dalam usus.
3).    Pewarnaan Radiopatik dimuskan ke dalam traknus urinarius misalnya sistouretogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rekto urinarius dan kelainan urinarius.
4).    Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5).    Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut ke sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm defek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6).    Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum dilakuakan pada gangguan ini.

Pemeriksaan khusus pada perempuan
Neonatus perempuan perlu pemeriksaan khusus karena seringnya ditemukan fistel ke vestibulum atau vagina (80%-90%).
Kelainan letak tinggi. Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses menjadi tidak lancer sehingga sebaiknya cepat dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat di vulva. Umumnya evakuasi mulai terhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalis, dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehungga perlu cepat dilakukan kolostomi. Pada atresia rectum, anus tampak normal tetapi pada pemeriksaan colok dubur, jari tidak ddapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel dibuat invertogram. Jika udara lebih dari 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.
Kelainan Letak Rendah. Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu ada diposteriornya. Kelainan ini umumnya menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak ditempat yang seharusnya tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancer sehingga biasanya harus segera dilakukan tetapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara kurang 1 cm dari kulit, dapat segera dilakukan pembedahan definitive. Dalam hal ini evakuasi tidak ada, sehingga perlu dilakukan kolostomi.


Pemeriksaan khusus pada laki-laki
Yang harus diperhatikan ialah adanya fistel atau kenormalan bentuk perineum dan ada tidknya butir mekonium di urine. Dari kedua hal tadi pad anak laki-laki dapat dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel urine dan fistel perineum.
Kelainan letak tinggi. Jika ada fistel urin tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis untuk menentukan letak fistel adalah dengan memasang kateter urine. Bila kateter terpasang dan urine jernih, berarti fistel terletak di uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urine mengandung mekonium berarti fistel ke vesika urinaria. Bila evakuasi feses tidak lancer, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama dengan perempuan, harus dibuat kolostomi. Jika tidak ada fistel dan udara lebih dari 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera dilakuakn kolostomi.
Kelainan letak rendah. Fistel perineum sama pada wanita : lubangnnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membrane anal biasanya tampak bayangan mekonium dibawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definitive secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan pada wanita, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara  kurang 1 cm dari kulit pada invertogram, perlu juga segera dilakukan pertolongan bedah.

2.1.8 Komplikasi
Semua pasien yang mempunyai malformasi anorectal dengan komorbiditas yang tidak jelas mengancam hidup akan bertahan. Pada lesi letak tinggi, banyak anak mempunyai masalah pengontrolan fungsi usus dan juga paling banyak menjadi konstipasi. Pada lesi letak rendah, anak pada umumnya mempunyai control usus yang baik, tetapi masih dapat menjadi konstipasi.
Komplikasi operasi yang buruk berkesempatan menjadi kontinensia primer, walaupun akibat ini sulit diukur. Reoperasi penting untuk mengurangi terjadinya kontinensia. Kira-kira 90% anak perempuan dengan fistula vestibulum, 80% anak laki-laki dengan fistula ureterobulbar, 66% anak laki-laki dengan fistula ureteroprostatic, dan hanya 15% anak laki-laki dengan fistula bladder-neck mempunyai pergerakan usus yang baik. 76% anak dengan anus imperforata tanpa fistula mempunyai pergerakan usus yang baik.
Selain itu, komplikasi lain yang dapat muncul yaitu :
1.      Asidosis hiperkloremia
2.      Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
3.      Komplikasi jangka panjang
4.      Eversi mukosa anal
5.      Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
6.      Masalah atau kelambatan yang baerhubungan dengan toilet training
7.      Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)
8.      Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten)
9.      Fistula kambuhan (karena tegangan di area pembedahan dan infeksi).
(Cecily., 2009:294)

2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan defek. Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk anomaly tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir. Bedah definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur penarikan perineum abdominal), umumnya ditunda 3-12 bulan.
Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit ananl. Fistula, bila ada harus ditutup. Defek membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal. Membran tersebut dilubangi dengan hemostat atau scalpel.
Pada kebanyakan kasus, pengobatan malformasi anorektal memerlukan dua tahap tindakan pembedahan. Untuk defek ringan sampai sedang, prognosisnya baik. Defeknya dapat diperbaiki, peristalsis dan kontinensia normal juga dapat diperolah. Defek yang lebih berat umumnya disertai anomaly lain, dan hal tersebut akan menambah masalah pada hasil tindakan pembedahan. Anus imperforata biasanya memerlukan operasi sedang untuk membuka pasase feses.
Tergantung pada beratnya imperforate, salah satu tindakan adalah anoplasti perineal atau colostomy : prosedur operasi termasuk menghubungkan bagian atas colon dengan dinding anterior abdomen, pasien ditinggalkan dengan lubang abdomen disebut stoma. Lubang ini dibentuk dari ujung usus besar melalui insisi dan sutura ke kulit.
Setelah colostomy, feses dibuang dari tubuh pasien melalui stoma, dan terkumpul dalam kantong yang melekat pada abdomen yang diganti bila perlu. Pengobatan pada anus malformasi anorektal juga dapat dilakukan dengan jalan operasi PSARP (Posterio Sagital Anorectoplasy). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini mempunyai resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding abdomen.

Anorectal 1       Anorectal 2       Anorectal 3

2.1.9.1 Kolostomi
Kolostomi pada kolon desendens merupakan prosedur yang ideal untuk penatalaksanaan awal malformasi anorktal. Tindakan kolostomi merupakan upaya dekomprasi, diversi, dan sebagai proteksi terhadap kemungkinan terjadinya obstruksi usus. Kolostomi pada kolon desendens mempunyai beberapa keuntungan disbanding dengan kolostomi pada kolon asendens atau transversum. Bagian distal dari kolostomi akan mengalami disfungsi dan akan terjadi atropi karena tidak digunakan. Dengan kolostomi pada kolon desendens maka segmen yang akan mengalami disfungsi menjadi lebih pendek. Atropi dari segmen distal akan berakibat tejadinya diare cair sampai dilakukan peneutupan stoma dan hal ini dapat diminimalkan dengan melakukan kolostomi pada kolon desendens. Pembersihan mekanik kolon distal lebih mudah dilakukan jika kolostomi terletak di bagian kolon desendens.
Pada kasus dengan fistel anorektal, urin sering keluar melalui kolon, untuk kolostomi distal akan keluar memalui stoma bagian distal tanpa danya absorbs. Bila stoma terletak di kolon proksimal, urin akan keluar ke kolon dan akan diabsorbsi, hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya asidosis metabolic. Loop kolostomi akan menyebabkan aliran urin dari stoma proksimal ke distal usus dan terjadi infeksi saluran kencing serta pelebaran distal rectum. Distensi rectum yang lama akan menyebabkan kerusakan dinding usus yang irreversible disertai dengan kelainan hipomotilitas dinding usus yang menetap, hal ini akan menyebabkan konstipasi di kemudian hari. Double barrel transversocolostomy dextra dengan tujuan dekomprasi dan diversi memiliki keuntungan antara lain :
  1. Meninggalkan seluruh kolon kiri bebeas pada saat tindakan definitf tidak menimbulkan kesulitan
  2. Tidak terlalu sulit dikerjakan
  3. Stoma distal dapat berlaku sebagaimana muara pelepasan secret kolon distal
  4. Feses kolon kanan relative tidak berbau dibanding kolon kiri oleh karena pembusukan feses.
  5. Dimungkinkan irigasi dan pengosongan dari kantong rectum yang buntu

2.1.9.2 Posterosagital anorectoplasty (PSARP)
Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982. Prosedur ini memebrikan beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam operasi fistel rektourinaria maupun rektovaginal dengan cara membelah otot pelvis, sing, dan sfingter. PSARP dibagi menjadi tiga yaitu minimal, limited, dan full PSARP.
Posisi penderita adalah prone dengan elevasi pada pelvis. Dengan bantuan stimulator dilakukan identifikasi anal dimple. Insisi dimulai dari tengah sacrum ke bawah melewati pusat sfingter eksterna ampai kedepan kurang lebih 2 cm. Insisi diperdalam dengan membuka subkutis, lemak, parasagital fibre dan muscle complex. Tulang coccygeus dibelah sehingga tampak dinding belakang rectum. Rektum dibebaskan dari dinding belakang dan jika ada fistel dibebaskan juga, rectum dipisahkan dengan vagina yang dibatasi oleh common wall. Dengan jahitan, rectum ditarik melewati otot levator, muscle complex, dan parasagital fibre kemudian dilakukan anoplasty dan dijaga agar tidak tegang.
Untuk minimal PSARP tidak dilakukan pemitingan otot levator maupun vertical fibre, yang penting adalah memisahkan common wall untuk memsahkan rectum dengan vagina dan dibelah hanya otot sfingter eksternus. Untuk limited PSARP yang dibelah adalah otot sfingter eksternus, muscle fibre, muscle complex, serta tidak memberlah tulang coccygeus. Penting melakukan diseksi rectum agar tidak merusak vagina. Masing-masing jenis prosedur mempunyai indikasi yang berbeda. Minimal PSARP dilakukan pada fistell perianal, anal stenosis, anal membrane, bucket handle, dan atresia ani tanpa fistel yang akhiran rectum kurang dari 1 cm dari kuit. Limited PSARP dilakukan pada atresia ani dengan fistel rektovestibular. Full PSARP dilakukan pada atresia ani letak tinggi, dengan gambaran invertogram akhir rectum lebih dari 1 cm dari kulit, pada fistelrektovaginalis, fistel rekto uretralis, atresia rectum, dan stenosis rectum.

2.2  Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
A.    Pengumpulan Data
1)      Identitas
a)      Identitas anak
Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medic, alamat.

b)      Identitas Orang tua
Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.

2)      Riwayat kesehatan
a)      Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus (anus tidak normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium pada vagina.

b)      Riwayat Kesehatan dahulu
1)      Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir (HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan obat obatan secara sembarang.

2)      Riwayat intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan tindakan khusus.

3)      Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital, kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI.

c)      Riwayat kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan langsung dengan gangguan system gastrointestinal.

3)      Pemeriksaan Fisik
Pra Operatif
a)      Daerah perineum dan
Inspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini untuk mencari hubungan fistula ke kulit untuk menemukan muara anus ektopik atau stenatik untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang untuk melihat adanya mekonium (apakah keluar dari vagina atau keluar bersama urine) untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan letak fistel dan terapi segeranya.

b)      Abdomen
-          Memeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung).
-          Amati adanya distensi abdomen.
-          Ukur lingkar abdomen.
-          Dengarkan bising usus (4 kuadran).
-          Perkusi abdomen
-          Palpasi abdomen (mungkin kejang usus)

c)      Kaji hidrasi dan status nutrisi
-          Timbang berat badan tiap hari
-          Amati muntah proyektif (karakteristik muntah)

d)     TTV
-          Pada semua bayi baru lahir harus dilakukan pemasukan thermometer melalui anus. Tindakan ini tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tetapi juga untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak.
-          Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takipnea atau dispnea)
-          Ukur nadi (terjadinya takikardia)

Post Operatif
a)      Meliputi penampilan secara umum lemah, tingkat kesadaran berat badan, tinggi badan.
b)      Tanda-tanda vital terdiri dari suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
c)      System pernapasan
Kaji adanya pernapasan cepat dan dangkal
d)     Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya takhikardia, hipotensi, leukositosis
e)      Sistem Pencernaan
Kaji adanya stoma pada abdomen, bising usus melemah atau menghilang. Adanya nyeri tekan dan lepas pada daerah abdomen karena ada luka post kolostomi, pada anus terdapat post operasi PSARP. Pemeriksaan pada Post Op yaitu infeksi terdapat kolostomi, warna pink seperti cery atau merah kehitaman, adakah perdarahan stoma dan bagaimana jumlah dan tipe feses. Bentuk abdomen datar, tekstur kulit lembut. Pada saat palpasi apakah adanya pembesaran atau massa, kelembaban kulit kering, turgor kulit cepat kemali setelah dicabut, tidak adanya pembesaran hepar dan limpa,pada saat auskultasi terdengar bising usus, pada saat perkusi apakah terdapat bunyi timpani atau danles.
f)       System endokrin
Pada system ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai MAR, kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.



g)      Sistem Genitourinaria
Biasanya pasien dengan post op PSARP di pasang dower kateter, pada laki-laki bentuk genetalia eksterna utuh, kaji apakah sudah disirkumisi, frekuensi BAK dan kelancarannya, adanya fistula.
h)      Sistem Muskuloskeletal
Pada system ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai MAR, kaji ROM, kekuatan otot, dan reflex.
i)        Sistem Integumen
Pada system ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai MAR, kaji adanya penurunan turgor kulit dan peningkatan suhu tubuh.
j)        Sistem persarafan
Kaji fungsi serebral dan cranial klien

4)      Data Penunjang
Pada Pra operatif biasanya diperiksa hematologi diantaranya : haemoglobin, leukosit, hematokrit dan trombosit.
Dan pada data laboratorium klien dengan post operasi (baru operasi) biasanya ditemukan adanya peningkatan leukosit dari 10.000/mm3, hal ini menunjukan adanya infeksi oleh mikroorganisme. Pada pemeriksaan Hb ditemukan adanya penurunan akibat adanya perdarahan yang mlebih saat operasi atau nutrisi kurang dari kebutuhan namun setelah post operasi yang lama tidak ditemukan adanya data laboratorium yang menyimpang dari harga normal.

B.     Analisis data
Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori teori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian, mengintreprastasikan data atau membandingkan dengan standar fsiologi setelah dianalisa maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada klien.
Data tersebut dapat diperoleh dari keadaan pasien yang tidak sesuai dengan standar criteria yang sudah ada. Untuk itu perawat harus jeli memahami tentang standar keperawatan sebagai bahan pembandingan, apakah keadan kesehatan klien sesuai atau tidak dengan standar yang ada.
Pengelompokan data adalah mengelompokan data-data klien dimana klien mengalami permasalahan kesalahan atau keperawatan berdasarkan criteria permasalahannya, setelah data dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien dan merumuskannya.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pra Operatif
1)      Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder terhadap distensi abdomen
2)      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah
3)      Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan

Post Operatif
1)      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder terhadap pemberian anestesi.
2)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan
3)      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
4)      Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan. intake tidak adekuat
5)      Ganguan eliminasi berhubungan dengan …..
6)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan
7)      Perubahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan proses hospitalisasi
8)      Kurang pengetahuan berhubungan pendidikan kesehatan tentang perawatan  kolostomi


2.2.3 Perencanaan
Pra Operatif
No.
Diagnosa Keperawatan
Prencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder terhadap distensi abdomen
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam pola nafas efektif, dengan kriteria :
-          RR normal (30-60x/menit)
-          Bunyi nafas regular
-          Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
-          Tidak ada pernafasan cuping hidung
1.      Posisikan anak pada posisi yang nyaman dengan pengguanan bantal 300
2.      Catat TTV dan irama jantung

3.      Berikan O2 sesuai dengan kebutuhan
4.      Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas adventisius seperti : krekel, mengi
5.      Inpeksi adanya sianosis
1.      Untuk efisiensi ventilasi maksimum


2.      Tachikardi, disritmia dan perubahan tekanan dapat menunjukan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung
3.      Dapat memperbaiki dan mencegah hipoksia
4.      Biasanya bunyi nafas menurun



5.      Mengindikasikan adanya kekurangan oksigen ke jaringan.
2.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, klien menunjukkan keseimbangan cairan elektrolit, dengan kriteria:
-          Keseimbangan jumlah input dan output
-          Turgor kulit elastic
-          TTV normal (suhu:36,5 – 37, RR: 35x/menit)
-          Tidak didapatkan distensi abdomen.
1.      Ukur Jumlah Input output cairan
2.      Inspeksi turgor kulit

3.      Ukur tanda-tanda vital


4.      Inspeksi adanya distensi abdomen

5.      Kolaborasi berikan cairan IV
1.      Mengidentifikasi adanya ketidak seimbangan
2.      Pada keadaan dehidrasi turgor kulit tidak elastic
3.      Keadaan dehidrasi diidentifikasik dg adanya perubahan TTV : takikardi, hipotensi, peningkatan suhu
4.      Peningkatan tekanan abdomen ditandai dengan adanya distenai abdomen
5.      Mengganti caiaran dan elektrolit yang hilang
3.
Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan

Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, ansietas pada orang tua berkurang dengan kriteria:
-          Keluarga mampu mengungkapkan rasa sakit, penerimaan atas pembedahan, dan memahami prosedur pembedahan.
1.      Identifikasi ketidak tahuan

2.      Peningkatan support terhadap keluarga “tindakan atu prosedur tsb tindakan tepat”
3.      Jelaskan tentang prosedur tepat waktu
1.      Dengan memberikan kejelasan dari keluarga agar sedikit tenang.
2.      Dengan support akan menurunkan cemas


3.      Meningkatkan rasa optimis dengan pembedahan


Post Operatif
No.
Diagnosa Keperawatan
Prencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder terhadap pemberian anestesi.

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, pola nafas klien efektif, dengan kriteria:
-          Klien tidak mengalami sianosi
-          Tidak ada hipoksia
-          Respirasi rate normal (30-60 x/menit) dan regular
-          Tidak ada suara ngorok
1.      Catat kecepatan/kedalaman pernafasan, auskultasi bunyi nafas, amati adanya pucat, sianosis,
2.      Posisikan klien dengan meninggikan kepala 300

3.      Ubah posisi secara periodic

4.      Berikan O2 sesuai kebutuhan
1.      Pernafasan mengorok/ pengaruh anestesi menurunkan ventilasi dan dapat mengakibatkan hipoksia

2.      Dapat mendorong ekspansi paru optimal dan memininmalkan tekanan isi ke abdomen pada rongga thorak.
3.      Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru
4.      Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran gas dan penurunan kerja pernafasan.
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan

Setelah dilakukan perawtan selama 3x24 jam, tidak terdapat infeksi, dengan kriteria:
-          Suhu normal : 36,50C – 370C
-          tidak ada tanda-tanda radang (merah, bengkak, panas area luka)
-          balutan kering dan bersih.
1.      Ukur suhu tubuh setiap 4 jam
2.      Gunakan teknink septic dan aseptic medic
3.      Lakukan perawatan luka dengan hati-hati agar luka tetap bersih
4.      Ganti balutan luka setelah 3 hari post operasi

5.      Kolaborasi pemberian antimicrobial / antibiotic sesuai kebutuhan
1.      Peningkatan suhu tubuh menunjukna terjadinya infeksi sistemik.
2.      Mencegah terjadinya infeksi dan sepsis
3.      Untuk meminimalkna resiko infeksi


4.      Dengan balutan dapat menngkatkan kelembaban dan memperlambat penyembuhan luka
5.      Digunakan untuk penvegahan infeksi secara sistemik.
3.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang, dengan kriteria:
-          Klien tidak menangis terus, ekspresi wajah wajar (tidak menahan nyeri).
1.      Kaji dan catat adanya peningkatan nyeri


2.      Hindari palpasi area pembedahan kecuali jika diperlukan
3.      Berikan lingkungn yang nyaman dan tenang
4.      Kolaborasi pemberian analgesi sesuai dan pantau keefektifannya
1.      Digunakan untuk mengetahui keadaan nyeri klien untuk menentukan tindakan pengurangna nyeri
2.      Agar terhindar dari peningkantan rasa nyeri pasca operasi

3.      Berkurangnya stimulus nyeri

4.      Digunakan untuk farmakoterapi untuk nyeri
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan. intake tidak adekuat
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria:
-          BB klien naik
-          Hasil pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht, dan elektrolit dalam keadaan normal
1.      Pertahankan potensi selang Naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi selang bila terjadi perubahan posisi.
2.      Berikan perawatan oral secara teratur
3.      Kolaborasi pemberian cairan IV
4.      Awasi pemeriksaan laboratorium. Misalnya Hb / Ht dan elektrolit.
1.      Memberikan istirahat pada traktus GI. Selama fase pasca operasi akut sampai kembali berfungsi normal


2.      Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir pecah
3.      Memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai
4.      Indikator kebutuhan cairan / nutrisi dan keaktifan terapi dan terjadinya konstipasi.
5.
Ganguan eliminasi berhubungan dengan …..

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, klien dapat beradaptasi terhadap terpasangnya kantong kolostomi, dengan kriteria:
-          Aliran pengeluaran feces baik dengan konsistensi feces yang keluar lembek
-          Klien tampak nyaman dan tidak rewel akibat terpasangnya kantung kolostomi
1.      Berikan penjelasan pada keluarga tentang indikasi terpasangnya kantung kolostomi
2.      Kaji mengenai keadaan, karakteristik, dan konsistensi feces yang keluar
3.      Ganti kantong kolostomi jika sudah penuh
4.      Pertahankan pemberian cairan IV
1.      Menambah pengetahuan keluarga dan mendorong keluarga dalam penerimaan perubahan eliminasi fekal pada anaknya
2.      Sebagai indicator keberhasilan intervensi yang dilakukan

3.      Supaya klien tetap nyaman dan menekan terjadinya infeksi
4.      Mencegah terjadinya konstipasi (feces mengeras)
6.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan

Setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam tidak terdapat kerusakan integritas kulit, dengan kriteria :
-          Meningkatnya persembuhan luka dan bebas tanda-tanda infeksi.
1.      Inspeksi warna ukuran luka

2.      Bersihkan permukaan kulit dengan mengguanakna hydrogen/air dengan sabun lunat/ petrolatum
3.      Gunakan balutan teknik aseptic
1.      Kemerahan bengkak mengidentifikasi adanya kerusakan integritas kulit
2.      Petrolatum membersihkan feses yang menempel


3.      Menurunkan iritasi kulit
7.
Perubahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan proses hospitalisasi

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam tumbang tercapai sesuai usia, dengan kriteria:
-          pasien memperlihatkan peningkatan karakteristik fisik, perkembangan sensoris, perilaku sosialisasi, perkembangan kognitif.

1.      Kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi.
2.      Ajarkan orang tua tentang tugas perkembngan normal anak sesuai kelompok usianya.
3.      Berikan kesempatan bagi seorang anak sakit untuk memenuhi tugas perkambangan sesuai kelompok usia.
1.      Penting untuk mengetahui apakah anak sudah mencapai tumbangnya.

2.      Keluarga (ibu ) menjadi perawat anak selama dirumah, diharapkan mampu memantau perkembangan anak setiap waktu.
3.      Mencegah terjadinya regresi karena proses hospitalisasi.

8.
Kurang pengetahuan keluarga berhubungan pendidikan kesehatan tentang perawatan  kolostomi

Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, keluarga mengetahui dan mengerti tentang perawatan kolostomi dengan kriteria:
1.   klien dapat mengganti kolostomi secara mendiri
2.   klien dapat mengetahui tanda – tanda iritasi pada kolostomi
3.   klien dapat klien dapat mencegah terjadinya iritasi pada colostomi
1.   Jelaskan dan demonstrasikan perawatan stoma tahap demi tahap




2.   Jelaskan peralatan yang di gunakan


3.   Jelaskan informasi tentang penatalaksanaan diit
makan diet rendah residu, tinggi protein dan tinggi kalori

4.   Jelaskan tanda- tanda iritasi pada stoma


5.    Jelaskan cara mencegah agar stoma tidak terjadi iritasi

1.      Dengan menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan stoma akan memudahkan keluarga klien melakukan perawatan stoma selanjutnya secara mandiri dan merupakan bekal nanti ketika klien sedah pulang ke rumah
2.      Untuk memudahkan alat-alat apa yang di gunakan  keluarga klien dalam perawatan colostomy secara mandiri di rumah
3.      Untuk memberikan penggetahuan kepada klien nutrisi apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, dan hal ini juga dapat mencegah klien mengalami konstipasi ataupun diare
4.      Agar keluarga klien selalu mengantisipasi dan selalu siap siaga apabila ditemukan kelainan ataupun iritasi pada stoma
5.      Agar keluarga klien tetap menjaga dan berusaha agar tidak terjadi iritasi atau kelainan yang tidak diinginkan















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malformasi anorektal adalah kelainan kongenital yang relatif sering dan seringkali disertai dengan kelainan kongenital lain. Kelainan-kelainan inilah yang seringkali bertanggung jawab atas morbiditas dan mortalitas penderita MAR. Oleh karena itu, evaluasi yang seksama harus dilakukan terhadap bayi penderita MAR untuk meminimalisir komplikasi-komplikasi ini.
Penyebab kasus MAR belum diketahui secara pasti, dan tindakan pembedahan pada Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan. Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal, fistula, bila ada, harus ditutup. Defek membrane mukosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal.

3.2 Saran
Bagi seorang perawat untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
Bagi seorang ibu lebih memperhatikan bila bayinya belum bab dalam waktu 24-48 jam, agar segera datang kepusat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan bayinya atau berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar bisa dilakukan tindakan selanjutnya.